27
“Keparaaaat!!!!” hardik Ibom.
Dengan nafas tersengal-sengal sambil berlari dan mengepalkan tangan, Ibom melayangkan sebuah bogem mentah ke arah mukaku.
Jdug!
Pukulan Ibom mengena telak di pelipis kiriku. Darah mengucur begitu pelan menuju mata. Sehingga membuatku terpejam agar eritrosit itu tak berseluncur di bola mata. Aku sedikit terhuyung setelah terkena pukulan Ibom tadi. Dan aku pun mengambil ancang-ancang, hendak membalas. Aku melompat dan menendang perut Ibom.
“Uhuk!” sengguk Ibom sambil terpental jauh hingga tersungkur.
“Cukup Ibom, kita sudahi saja perkelahian ini. Tidak ada gunanya.”
“Tidak! Kau brengsek, Alan! Aku dendam kepadamu. Gara-gara kau Mila pergi meninggalkanku!”
“Itu bukan salahku. Kau yang membuat dia pergi. Kelakuan bejatmu yang membuat dia tidak tahan.”
“DIAAAAAM!!!!!!”
Ibom berdiri, bangkit dari tersungkurnya. Menghampiriku dengan kepalan tangan kanan. “Terbaca!” batinku. Tetapi dia memukul dengan tangan kiri, ternyata tangan kanan hanyalah pengalih perhatian. Tangan kiri Ibom mendarat tanpa gangguan di dahiku. Seketika itu aku ingat sebuah kenanganku bersama Ibom. 7 tahun lalu.
Aku dan Ibom mempunyai sebuah band bernama The Stumps. Hanya beranggotakan 2 orang. Istilah kerennya sih two-men-band. Dengan aku sebagai gitaris sekaligus vokalis dan Ibom sebagai penggebuk drum. Seniman yang mempengaruhi kami yaitu The White Stripes, The Black Keys, The Jimi Hendrix Experience, The Mooney Suzuki, dan juga Nirvana. Jangan heran jika kami memainkan musik blues.
Dulu saat kami masih kuliah. Kami adalah duo terkompak. Saat mahasiswa lain belajar, kami merokok di kantin. Memang tak patut ditiru, tapi kami masih mempunyai sopan dan santun.
Dan yang paling mengejutkan dari kami adalah kami lahir pada hari yang sama, 8 Desember 1978! Mungkin karena ini kami mempunyai banyak kesamaan. Dari musik, tipe cewek, makanan faforit dan juga film! Tak heran kamu selalu bersama.
Kecuali hari ini. H-1 dari ulang tahun kami yang ke-28. Ya. Ini hari terakhir kami berumur 27, yang kata orang adalah umur saat terjadinya puber pria yang kedua. Tapi sebagai The Stumps malah berbaku hantam. Saling mementingkan ego masing-masing, mengerahkankan seluruh kekuatan masing-masing, A men strength always qonquering!
Jimi Hendrix, Brian Jones, Jim Morisson, Janis Joplin, Kurt Cobain. Para rockstar pada jamannya yang meninggal pada umur 27. Aku tak apa mati dibunuh sahabatku ini, tapi aku juga harus membunuhnya agar kebencian di hatinya tak terus menerus tumbuh!
“Ayo kita akhiri disini Ibom. Let’s live like a rockstar. Die like a rockstar.” Cerocosku sambil mengambil pipa di sebelahku.
“Aku tak sabar untuk mengakhiri ini.” Sengal Ibom sambil mengambil pipa besi di sebalahnya.
Kami saling pandang, saling menerawang tentang memori di masa silam. Tentang indahnya persahabatan dan hangatnya persaudaraan. Langit sudah menjingga. Gelap mulai menyapa. Seketika aku berlari ke arah Ibom, menyerangnya. Diapun juga. Ini seperti melawan sosok di dalam cermin.
Kami sudah tak punya jarak. Sudah aku bayangkan beberapa detik kemudian. Bagaimana akhirnya momen kami ini. Bunyi yang tercipta disaat tengkorak dan pipa besi bertemu. Aku siap mati di tanganmu Ibom. Sampai jumpa di neraka. Kita akan bertarung lagi.
Bugg! Klontang!
Malam tampak menggulitakan hati. Dua ekor gagak hinggap dan saling berbunyi. Pertanda bahwa 2 insan telah kembali kepada ilahi.
Sidoarjo, 071211.
FANDY RAHMADYA
XII IPA 4
40
